Pagi itu, sebelum suami berangkat kerja saya memasak sayur sop di dapur. Entah ini hari ke berapa saya resign dari kerja kantoran dan beralih profesi menjadi ibu rumah tangga tanpa bantuan orang tua maupun Asisten Rumah Tangga (ART). Pagi yang sibuk di dapur menyiapkan bahan masakan dan mengeksekusi masakan sendiri lalu saya berhenti melanjutkan memasak karena tangisan anak saya yang berusia 4 bulan. Pagi itu rasanya emosi sekali karena harus mulai mengerjakan kerjaan rumah yang tiada habisnya dengan bayi yang masih menyusui setiap 2 jam sekali. Kemudian suami saya yang iba melihat saya mulai mencoba membantu memasak di dapur menggantikan saya. Dengan semangatnya ingin membantu istrinya namun bagaimana bisa telur puyuh beserta cangkang kulitnya masuk di sayur sop? Mungkin hari ini kisah itu jadi bahan lelucon bagi kami tapi saat itu saya sangat kesal dengan suami padahal setelah saya berfikir lebih lama dia hanya berusaha membantu saya memasak di dapur. Belum lagi rasanya yang tidak karuan membuat saya semakin geram. Sejak saat itu suami saya agak urung untuk membantu urusan rumah tangga karena merasa disalahkan dan serba salah. Ini sangat berdampak kepada saya. Saya harus mengerjakan kerjaan rumah sendirian tanpa ART bukan lah hal yang mudah jika tidak ada campur tangan bantuan dari suami.